Terlepas dari banyak yang tidak suka terhadap Yahudi karena kelicikannya, tetapi harus diakui pula bahwa Yahudi adalah bangsa yang cerdas. Atas kecerdasannya, Yahudi yang tidak begitu besar dibanding bangsa Arab, tetapi bisa 'merajalela' di jazirah Arab. Negara yang super power seperti Amerika pun dapat dikendalikan oleh bangsa yang terkenal dengan zionismenya ini. Orang-orang Yahudi itu cerdas dan sadar dan bahkan sombong dengan kecedasannya sehingga pandai mengolah keadaan, bahkan mungkin cenderung meliciki orang lain untuk kepentingan kelangsungan hidupnya. Selain sombong, bangsa yang bangga dengan zionisme ini cenderung tidak memiliki hati nurani. Kecerdasannya tidak diimbangi dengan moralitas yang baik. Lalu apakah Yahudi memang ditakdirkan menjadi manusia yang cerdas atau justeru karena pola hidupnya yang membuat mereka cerdas? Setidaknya, berangkat dari pemikiran inilah, seorang ilmuwan California, Dr Stephen Carr Leon meneliti pola hidup Yahudi dan dituangkannya ke dalam sebuah tesis PhD-nya, "Mengapa Yahudi Pintar?". Stephen mulai menulis pada akhir bulan Desember 1980 dan berakhir selama 8 tahun kemudian. Dia pun melakukan pengamatan langsung setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship (program latihan untuk menjadi Doktor atau ahli farmasi) di beberapa rumah sakit di sana.
Berikut ini adalah kesimpulan-kesimpulan yang ditulis oleh Stephen yang terjemahan H. Maaruf Bin Hj Abdul Kadir (guru besar berkebangsaan Malaysia) dari Universitas Massachuset USA.
Pencerdasan anak-anak yahudi ternyata sudah dimulai sejak persiapan awal melahirkan. Setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, maka si ibu akan lebih sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama. Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan, kebetulan Stephen suka matematika.
Stephen bertanya "Apakah ini untuk anak mu ?” "Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius." jawab ibu itu. Peristiwa ini membuat Stephen tertarik untuk mengikuti terus perkembangannya. Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan. Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung sang ibu suka sekali memakan kacang badam (almond) dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya adalah roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan. Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak, sedangkan kepala ikan mengandung kimia yang tidak baik dan dapat merusak perkembangan serta penumbuhan otak anak di dalam kandungan. Ini adalah adat dan semacam kewajiban orang-orang Yahudi ketika ibu-ibu mengandung, yakni mengkonsumsi pil minyak ikan. Ketika diundang untuk makan malam bersama orang-orang Yahudi. Pada setiap undangan yang sama, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet) ungkapnya. Biasanya kalau sudah ada ikan, maka tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi campuran ikan dan daging tidak bagus dimakan bersama, salad dan kacang harus, terutama kacang badam.
Uniknya, mereka akan makan buah-buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika anda diundang ke rumah Yahudi anda akan dihidangkan buah-buahan dahulu. Menurut mereka dengan memakan hidangan karbohidrat (nasi/roti) dahulu kemudian buah-buahan akan menyebabkan merasa mengantuk. Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah. Di Israel merokok adalah tabu, apabila anda diundang makan dirumah Yahudi jangan sekali-kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh anda keluar dari rumah mereka, menyuruh anda merokok di luar rumah mereka. Menurut ilmuwan di universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusak sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak (bodoh) suatu penelitian dari ilmuwan gen dan DNA Israel.
Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah-buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever). Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas, rata-rata mereka memahami tiga bahasa yakni : Hebrew, English, dan bahasa Arab. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain biola dan piano, ini adalah suatu kewajiban. Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ, sudah tentu bakal menjadikan anak pintar. Menurut para ilmuwan Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak, tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi. Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak-anak Yahudi diajari matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatannya, Stephen mengatakan "jika dibandingkan dengan anak-anak di California dalam tingkatan IQ-nya, bisa saya katakan 6 tahun ke belakang!!" Segala pelajaran akan dengan mudah ditangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi, olah raga juga menjadi kewajban mereka. Olah raga yang diutamakan menurut teman Yahudinya Stephen adalah memanah dan menembak karena dapat melatih fokus otak. Di samping itu menembak adalah bagian dari persiapan untuk membela negara.
Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tingkat menengah. Di sini murid-murid di perdalam dengan pelajaran sains. Mereka di dorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadang kelihatannya lucu dan memboroskan tetapi diteliti dengan serius. Apalagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi. Satu lagi yang diberi keutamaan adalah fakultas ekonomi, saya sungguh terperanjat melihat begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi.
Di akhir tahun di universitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus mempraktekkannya. Anda hanya akan dinyatakan lulus jika team anda (10 orang setiap kelompok) berhasil mendapat keuntungan sebanyak US$ 1 juta. Anda terperanjat? Itulah kenyataannya. Kesimpulan pada teori Stephen adalah melahirkan anak & keturunan yang cerdas adalah keharusan, tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalam, bahkan mungkin perlu proses melewati beberapa generasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar