Jumat, 14 Agustus 2015

AKADEMI KEBIDANAN, VISI & MISI


Sistem Perkuliahan
Sistem Perkuliahan di Akademi Kebidanan dr. Soebandi Jember, Menganut Sistem Kredit Semester ( SKS ) dengan prosesnya : Proses Tatap Muka Praktikum... Selengkapnya...
Lulusan Akademi Kebidanan Disertifikasi
Senin, 17 Februari 2014
Palembang, Kompas - Semua lulusan baru dari Akademi Kebidanan di Sumatera Selatan harus disertifikasi guna mendapatkan surat tanda registrasi... Selengkapnya...
Gambar
Kebutuhan Perawat Meningkat, AS Kunjungi Akademi Kebidanan RI
Senin, 17 Februari 2014
JAYAPURA (Berita SuaraMedia) - Duta Besar (Dubes) Amerika untuk Indonesia, Scot Marciel, mengunjungi Kota Jayapura, Papua, untuk melihat secara dekat... Selengkapnya...
Fasilitas Pendidikan
Kamis, 13 Februari 2014
Ruang ber- AC di lengkapi LCD dan OHP Laboratorium ibu ( Kehamilan, persalinan, nifas, KB ) Laboratorium KDPK ( Keterampilan Dasar Praktek Klinik )... Selengkapnya...
Why Akbid Plus dr. Soebandi
Kamis, 13 Februari 2014
Karir masa depan, ditentukan saat ini pilihan yang tepat untuk mewujudkannya bukan hanya potensi akademik saja harus disertai dengan potensi skill,... Selengkapnya...
Duta Besar (Dubes) Amerika untuk Indonesia, Scot Marciel, mengunjungi Kota Jayapura, Papua, untuk melihat secara dekat kemajuan dan pembangunan dan permasalahan yang ada di bumi Cenderawasih ini, Selasa. (foto: Getty Image)
Duta Besar (Dubes) Amerika untuk Indonesia, Scot Marciel, mengunjungi Kota Jayapura, Papua, untuk melihat secara dekat kemajuan dan pembangunan dan permasalahan yang ada di bumi Cenderawasih ini, Selasa. (foto: Getty Image)
JAYAPURA (Berita SuaraMedia) - Duta Besar (Dubes) Amerika untuk Indonesia, Scot Marciel, mengunjungi Kota Jayapura, Papua, untuk melihat secara dekat kemajuan dan pembangunan serta permasalahan yang ada di bumi Cenderawasih ini.

Dubes memulai kunjungan awal dengan mengunjungi Akademi Kebidanan di Politeknik Kesehatan (Poltekes) Jayapura dan bertemu dengan bidan-bidan yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan ibu dan anak di lapangan.

"Saya berkunjung ke Papua untuk melihat pembangunan yang sekaligus bertemu kebidanan serta pimpinan daerah yang ada," ujar Scot, di Poltekes Padang Bulan, Jayapura.

Scot Marciel mengatakan bahwa pemerintah Amerika mendukung kebijakan Indonesia membangun Papua.

"Amerika juga mendukung setiap kebijakan pembangunan yang bertujuan mensejahterakan rakyat Papua," katanya.

Sebelumnya, kebutuhan tenaga perawat di luar negeri seperti Amerika, Kanada, Eropa, Korea, Jepang dan Timur Tengah, kian meningkat. Diperkirakan pada 2020 negara-negara itu membutuhkan tambahan 1 juta perawat.

Contohnya Jepang, saat ini membutuhkan lebih banyak perawat karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan perawat di dalam negeri. Saat ini terdapat 1,3 juta perawat yang bekerja sebagai perawat di Jepang, terdiri dari 822 ribu perawat, 46 ribu perawat komunitas, dan 27 ribu bidan. Sementara jumlah total asisten perawat adalah 411 ribu orang.

Adapun pemerintah Indonesia telah mengirimkan 208 perawat pada tahun 2008, lalu 362 pada tahun 2009, dan tahun 2010 mengirimkan sebanyak 149 orang. Padahal, "Jepang masih membutuhkan 15.900 perawat pada tahun 2010," kata staf pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Elsi Dwi Hapsari dalam sebuah seminar Internasional Ilmu Keperawatan di UGM.

Meski tenaga perawat dari Indonesia semakin diminati, Elsi mengatakan, para perawat masih terkendala lemahnya penguasaan bahasa asing, lingkungan kerja yang berbeda dan belum terpenuhinya standar kompetensi perawat kualifikasi internasional. Selain itu, perawat di Indonesia saat ini terkendala tidak bisa meningkatkan kompetensi ilmunya karena masih minimnya pendidikan master dan doktor di dalam negeri.

"Sampai sekarang jumlah program pendidikan master dan doktor di bidang keperawatan di Indonesia masih terbatas. Salah satu faktor masih sedikitnya jumlah dosen yang mempunyai tingkat pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai," katanya dikutip dari laman UGM, Rabu (6/10/2010).

Hal senada juga disampaikan Rebbeca Matti dari USAID. Dia mengemukakan Amerika Serikat sedang membutuhkan tenaga perawat dari berbagai negara yang memiliki kualifikasi internasional. "Bekerja sebagai perawat di Amerika dibutuhkan secara internasional untuk beberapa alasan, antara lain karena tingkat kemandirian yang tinggi dan penghargaan yang diberikan pada perawat serta gaji yang menggiurkan. Tetapi apakah hal itu merupakan tujuan yang benar-benar dicapai oleh perawat Indonesia?" katanya.

Menurutnya, perubahan iklim yang berubah-ubah di Amerika seharusnya menjadi fokus perawat dari Indonesia untuk mengenal lebih jauh sistem kerja yang berlaku di sana. Dia menuturkan, pendidikan sekolah perawat di Amerika bisa digunakan sebagai acuan untuk memperdalam pengetahuan tentang keperawatan pada tingkat level internasional. "Meskipun masuk ke Amerika sebagai pelajar dan mahasiswa lebih mudah mendapatkan akses ketimbang mencari kerja," ujarnya.

Sementara Prof. Faustino Jerome Babate dari Filipina menyampaikan sedikitnya 48 sekolah perawat di Filipina telah membuka program master dan 6 sekolah yang sudah membuka program doktor bidang keperawatan. Menurutnya, kesempatan bagi perawat Indonesia untuk melanjutkan studi di Filipina cukup terbuka lebar.

"Biaya pendidikan yang murah, mudah beradaptasi terhadap budaya, dan mudah berasimilasi dengan masyarakat sekitar karena masih dalam satu kultur melayu," ujarnya. (fn/ant/vs) www.suaramedia.com
Terakhir Diperbaharui pada Senin, 17 Februari 2014 04:38
 

Jam Anda Sekarang



Jejak Pendapat

Bagaimana web ini menurut Anda?
 
mod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_counter
mod_vvisit_counterHari ini16
mod_vvisit_counterKemarin76
mod_vvisit_counterMinggu ini284
mod_vvisit_counterMinggu kemarin792
mod_vvisit_counterBulan ini1122
mod_vvisit_counterBulan kemarin1678
mod_vvisit_counterTotal415282

We have: 2 guests online
Your IP: 120.169.254.160
Firefox 40.0, Windows
Today: Agu 14, 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar