Sabtu, 15 Agustus 2015

5 Ahli Medis RI Lulus 'Kuliah' di Israel

5 Ahli Medis RI Lulus 'Kuliah' di Israel


Image: corbis.com
ISRAEL - Lima ahli medis dari Indonesia lulus program pelatihan di Haifa Rambam Medical Center, Israel. Program ini fokus pada upaya mengatasi bencana alam dan bencana buatan manusia.

Kelulusan kelima paramedis tersebut menjadi unik, karena Indonesia adalah negara Muslim terpadat di dunia, tetapi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Kelimanya bergabung dengan 27 dokter dan perawat dari 17 negara yang ambil bagian dalam simulasi bencana korban massal atau mass casualty event (MCE). Kelompok ini akan menerima diploma mereka dalam sebuah upacara di Rambam.

Simulasi itu merupakan salah satu dari delapan kegiatan dalam program pelatihan sejak 6 November lalu. Program ini sendiri disponsori oleh Rambam, Kementerian Luar Negeri dan Departemen Kesehatan Israel.

Sejak lama, staf Rambam terkenal ahli dalam situasi korban trauma, darurat, dan massal karena menjadi rumah sakit utama di Utara. Selama bertahun-tahun, mereka telah menerima tentara yang terluka di perbatasan utara dan sekitarnya, serta warga sipil yang terperangkap di garda depan perang dan serangan teroris.

Salah seorang peserta pelatihan tersebut, Andi Asadul Islam, menyatakan, dalam kursus itu mereka belajar bagaimana membangun sistem untuk operasi dalam keadaan darurat, trauma, dan MCE. 

"Kami tidak datang untuk mencari informasi medis, tetapi bimbingan tentang cara untuk menjadi terorganisasi dalam situasi-situasi itu. Sistem Rambam untuk trauma adalah yang terbaik yang ada, dan kita bisa belajar banyak dari mereka," kata Andi seperti dikutip dari JPost, Jumat (18/11/2011).  

Profesor neurologi dari Universitas Hasanuddin, Makassar, tersebut mengimbuhkan Indonesia tidak memiliki sistem yang baik. Geografi yang luas di Indonesia merupakan tantangan khusus dalam penyediaan perawatan medis. 

"Kesulitan juga terjadi mengingat sebaran sekira 250 juta penduduk di antara lima pulau besar dan ribuan yang lebih kecil. Wilayah Indonesia ini meliputi daerah dari barat ke timur, sama dengan panjang dari Amerika Serikat," imbuhnya.

Rambam juga menjadi satu-satunya rumah sakit dengan sistem trauma di Utara. Ia melayani sembilan rumah sakit umum yang tidak bisa mengurus pasien dengan trauma parah. 

Pusat Pengajaran rumah sakit untuk Situasi Kecelakaan Trauma, Darurat, dan Massal ini secara nasional dan berkala mengadakan seminar internasional untuk para dokter dan perawat dari seluruh dunia. Mereka juga mengirimkan perwakilan ke negara-negara yang berbeda untuk memberikan pelatihan dan menyelenggarakan lokakarya untuk personil NATO.

Pengelola jasa ambulans darurat 118 Asti Puspita Rini mengaku, mendengar program tersebut dari rekan-rekan sejawatnya yang telah lebih dulu mengikutinya. 

"Mereka bilang program ini sangat bagus. Dan menurut saya, ini telah menjadi program yang sangat baik. Kita tidak akan mampu menerapkan setiap hal yang kita pelajari, tapi pasti akan mengadopsi bagian-bagian tertentu dari program ini," ujar Asti

Kursus ini melibatkan kuliah teoritis dan memungkinkan peserta untuk menerima pandangan yang luas dari kegiatan unit berbagai pengobatan darurat. Mereka juga mengunjungi pusat-pusat simulasi IDF dan markas Magen David Adom. 

Para peserta asing juga dibawa ke berbagai lokasi wisata, termasuk mengikuti peringatan Yad Vashem Holocaust. Mereka bahkan diperkenalkan dengan makanan khas Israel, humous.

"Sebagai seorang Muslim, sangat menarik bagi saya untuk melihat Muslim Quarter di Yerusalem," kata Andi.  

"Beberapa teman saya dan keluarga takut dan tidak ingin saya datang ke sini karena apa yang mereka lihat di televisi. Tapi yang saya saksikan di sini sama sekali berbeda," imbuh Asti. 

Sedangkan penasihat medis di rumah perawatan di Jakarta Edi Prasetyo menilai, semuanya terorganisasi dengan baik dan sempurna.  "Kita bisa melihat gambaran besar, bagaimana sistem nasional secara keseluruhan bekerja," paparnya.
(rfa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar