MAHMOUD AHMADINEJAD (Menantang Dunia dengan Nuklir) Iskandar The Great pernah berkata, “Sekiranya aku memiliki bala tentara yang memiliki ego, kesabaran, dan keteguhan seperti yang dimiliki Bangsa Iran, pasti aku bisa menundukkan dunia”. Dan dunia sekarang mengenal salah satu dari “bala tentara” itu. Dialah Mahmoud Ahmadinejad. Ia adalah satu dari sekian banyak presiden yang punya nyali menantang keangkuhan George Walker Bush. Ia tidak gentar terhadap tekanan AS agar menghentikan program nuklirnya. Bahkan ahmadinejad menyatakan dengan berani bahwa program nuklirnya bertujuan damai dan untuk memenuhi kebutuhan listrik negeri Republik Islam tersebut. Ahmadinejad pun juga berani menggertak Israel agar menyingkir dari wilayah Timur Tengah. Kutipan pernyataannya dalam sebuah pertemuan di hadapan para mahasiswa pada 26 Oktober 2005 dari pernyataan Ayatullah Khomeini yang menyerukan agar Israel “dihapus dari peta dunia” memicu kontroversi. Gertakan penguasa Iran tersebut tentu saja membuat gerah AS dan negara-negar Eropa Barat pro-Israel. Yang tak kalah heboh adalah gugatannya mengenai sejarah kelam pembantaian Nazi Jerman terhadap etnik Yahudi menjelang Perang Dunia II. Tetapi Ahmadinejad pun juga tak lepas dari caci maki. Oleh sekelompok orang yang anti-Ahmadinejad ia tak lebih hanyalah seorang provokator, gatal perang, dan gila pujian. Ada pula yang menilainya seperti buldoser, akalnya kolot, dan tak mengenal etika pergaulan. Bukanlah suatu kebetulan jika Ahmadinejad menyandang beberapa hal yang kontradiksi. Ia adalah seorang dosen yang bergelar doktor. Namun ia juga seorang konservatif yang fanatik dan terdidik dibawah bimbingan Imam Khomeini. Ia memadukan nilai-nilai klasik dan kontemporer. Ia menggabungkan keluwesan yang telah menjadi ciri khas diplomator Iran sepanjang sejarah. Namun, pada waktu yang sama ia tampak sebagai pribadi yang sangat tegas dan keras. Khususnya pada urusan yang berhubungan dengan ideologi, kehormatan atau apa yang disebut dengan “Ego Iran”. Dalam dirinya tertanam nilai-nilai peradaban yang telah ada sejak 5.000 tahun dan kebesaran bangsa yang jarang ada tandingannya. Ahmadinejad merupakan Presiden Iran pertama yang berasal dari keluarga miskin pedesaan dan tidak memiliki hubungan dengan tokoh agama. Ia berasal dari luar kalangan ulama selama sejak 24 tahun berdirinya republik ini. Sebagai anak seorang pandai besi, ia mewujud dalam pandangan rakyat Iran sebagai “putra sejati bangsa” yang jauh dari seragam seorang aristokrat. Dalam Pemilu Juni 2005, Ahmadinejad mengantongi 17.248.782 suara -61,69 % dari total pemilih. Sementara, lawannya Rafsanjani mendapat 10.043.489 suara atau 35,92 %. Ahmadinejad dilahirkan 28 oktober 1956 dalam keluarga yang taat beragama di desa pertanian aradan, dekat Garmsar, 100 km dari Teheran. Ia adalah putra seorang pandai (tukang tempa) besi. Keluarganya pindah ke Teheran saat dia berusia satu tahun. Ia menimba ilmu pada tingkat dasar di sekolah agama di Teheran. Kemudian ia melanjutkian ke perguruan tinggi pada jurusan teknik di Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) di Teheran. Ia memilih jurusan dalam bidang teknik bangunan dan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Hal ini mendorong dirinya untuk melanjutkan pada jenjang S2 di universitas yang sama, hingga dapat menyelesaikannya dan meraih gelar doktor dalam bidang teknik bangunan. Ia kemudian menjadi salah satu dosen di universitas tersebut. Aktivitas politiknya dimulai dengan bergabung dalam aksi revolusi ketika masih belajar di perguruan tinggi. Ia pernah bergabung dalam Perasatuan Insinyur Muslim (Islamic Society of Engineers) juga ,menjadi salah satu anggota ketua perwakilan Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) untuk perkumpulan mahasiswa. Ahmadinejad pernah bergabung dalam garda Revolusi Islam Iran dan ikut dalam barisan mereka pada saat perang Iran-Irak. Dia berhasil mendapatkan gelar fida’I (Janibas) dan menjadi anggota perkumpulan fida’I revolusi (Janibazan). Kemudian Musthafa Mu’in, Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi dalam Kabinet Rafsanjani memilihnya menjadi penasihat pribadi. Karier politiknya terus meningkat ketika Presiden Hashemi Rafsanjani menunjuknya sebagai bupati di Kota Ardabil, Provinsi Azerbaijan Timur. Dia terus menjabat sebagai bupati kota tersebut sampai pemilihan anggota dewan pada Pemilu terakhir, ketika anggota radikal mendominasi perolehan suara. Setelah itu Dewan Islam wilayah Teheran memilih dirinya sebagai Gubernur Teheran. Sejak menjabat sebagai Gubernur Teheran pada akhir tahun 90-an, Ahmadinejad memfokuskan agenda utamanya dengan bertolak pada ajaran dan pemikiran Imam Khomeini. Ia mewajibkan seluruh wanita Iran untuk berbusana muslim di tempat-tempat umum, memastikan adanya pemisah antara perempuan dan laki-laki di sarana transportasi umum, lift atau kantor-kantor pemerintahan. Tayangan iklan yang menyelipkan pesan-pesan tak bermoral juga dilarang. Ahmadinejad mulai membangun basis massanya ketika menjadi Walikota Teheran dengan merekrut sejumlah tenaga muda di tata laksana pemerintahannya dan sukses mengatasi kemacetan lalulintas di kota yang dihuni 8 juta penduduk Iran. Ia juga mengeluarkan kebijakan memberi pinjaman tanpa bunga kepada pasangan suami-istri yang baru menikah. Tak ada kamus menyerah dalam benak Mahmoud Ahmadinejad. Setelah DK PBB resmi menjatuhkan resolusi Nomor 1747, Presiden Iran itu malah menunjukkan keseriusan untuk mengembangkan program nuklir ke fase lebih tinggi. Sehari setelah mengumumkan program nuklirnya siap memproduksi bahan baker nuklir skala industri. Ahmadinejad menyatakan siap memasang 50.000 mesin sentrifugal. Selain itu, Iran juga berterkad memnqangun dua reaktor baru itu digunakan sebagai pembangkit energi listrik. AS memang patut untuk merasa gerah. Departemen Luar Negeri Jerman dalam pernyataan tertulisnya mengatakan. “Sepertinya, Iran benar-benar salah langkah”.
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
50 TOKOH POLITIK
LEGENDARIS DUNIA
Diposkan oleh M. H. Ni'am
Melalui posting blog ini, secara berkala saya akan menampilkan satu
per-satu tokoh-tokoh yang di ulas oleh Achmad Munif dalam bukunya " 50
TOKOH POLITIK LEGENDARIS DUNIA ". Semoga posting blog ini bermanfaat
bagi pembaca semua. Amin...
*****
1. MAHMOUD AHMADINEJAD
(Menantang Dunia dengan Nuklir)
Iskandar The Great pernah berkata, “Sekiranya aku memiliki bala tentara
yang memiliki ego, kesabaran, dan keteguhan seperti yang dimiliki Bangsa
Iran, pasti aku bisa menundukkan dunia”.
Dan dunia sekarang mengenal salah satu dari “bala tentara” itu. Dialah
Mahmoud Ahmadinejad. Ia adalah satu dari sekian banyak presiden yang
punya nyali menantang keangkuhan George Walker Bush. Ia tidak gentar
terhadap tekanan AS agar menghentikan program nuklirnya. Bahkan
ahmadinejad menyatakan dengan berani bahwa program nuklirnya bertujuan
damai dan untuk memenuhi kebutuhan listrik negeri Republik Islam
tersebut.
Ahmadinejad pun juga berani menggertak Israel agar menyingkir dari
wilayah Timur Tengah. Kutipan pernyataannya dalam sebuah pertemuan di
hadapan para mahasiswa pada 26 Oktober 2005 dari pernyataan Ayatullah
Khomeini yang menyerukan agar Israel “dihapus dari peta dunia” memicu
kontroversi. Gertakan penguasa Iran tersebut tentu saja membuat gerah AS
dan negara-negar Eropa Barat pro-Israel. Yang tak kalah heboh adalah
gugatannya mengenai sejarah kelam pembantaian Nazi Jerman terhadap etnik
Yahudi menjelang Perang Dunia II.
Tetapi Ahmadinejad pun juga tak lepas dari caci maki. Oleh sekelompok
orang yang anti-Ahmadinejad ia tak lebih hanyalah seorang provokator,
gatal perang, dan gila pujian. Ada pula yang menilainya seperti
buldoser, akalnya kolot, dan tak mengenal etika pergaulan.
Bukanlah suatu kebetulan jika Ahmadinejad menyandang beberapa hal yang
kontradiksi. Ia adalah seorang dosen yang bergelar doktor. Namun ia juga
seorang konservatif yang fanatik dan terdidik dibawah bimbingan Imam
Khomeini. Ia memadukan nilai-nilai klasik dan kontemporer. Ia
menggabungkan keluwesan yang telah menjadi ciri khas diplomator Iran
sepanjang sejarah. Namun, pada waktu yang sama ia tampak sebagai pribadi
yang sangat tegas dan keras. Khususnya pada urusan yang berhubungan
dengan ideologi, kehormatan atau apa yang disebut dengan “Ego Iran”.
Dalam dirinya tertanam nilai-nilai peradaban yang telah ada sejak 5.000
tahun dan kebesaran bangsa yang jarang ada tandingannya.
Ahmadinejad merupakan Presiden Iran pertama yang berasal dari keluarga
miskin pedesaan dan tidak memiliki hubungan dengan tokoh agama. Ia
berasal dari luar kalangan ulama selama sejak 24 tahun berdirinya
republik ini. Sebagai anak seorang pandai besi, ia mewujud dalam
pandangan rakyat Iran sebagai “putra sejati bangsa” yang jauh dari
seragam seorang aristokrat. Dalam Pemilu Juni 2005, Ahmadinejad
mengantongi 17.248.782 suara -61,69 % dari total pemilih. Sementara,
lawannya Rafsanjani mendapat 10.043.489 suara atau 35,92 %.
Ahmadinejad dilahirkan 28 oktober 1956 dalam keluarga yang taat beragama
di desa pertanian aradan, dekat Garmsar, 100 km dari Teheran. Ia adalah
putra seorang pandai (tukang tempa) besi. Keluarganya pindah ke Teheran
saat dia berusia satu tahun. Ia menimba ilmu pada tingkat dasar di
sekolah agama di Teheran. Kemudian ia melanjutkian ke perguruan tinggi
pada jurusan teknik di Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) di
Teheran. Ia memilih jurusan dalam bidang teknik bangunan dan lulus
dengan nilai yang sangat memuaskan. Hal ini mendorong dirinya untuk
melanjutkan pada jenjang S2 di universitas yang sama, hingga dapat
menyelesaikannya dan meraih gelar doktor dalam bidang teknik bangunan.
Ia kemudian menjadi salah satu dosen di universitas tersebut.
Aktivitas politiknya dimulai dengan bergabung dalam aksi revolusi ketika
masih belajar di perguruan tinggi. Ia pernah bergabung dalam Perasatuan
Insinyur Muslim (Islamic Society of Engineers) juga ,menjadi salah satu
anggota ketua perwakilan Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST)
untuk perkumpulan mahasiswa. Ahmadinejad pernah bergabung dalam garda
Revolusi Islam Iran dan ikut dalam barisan mereka pada saat perang
Iran-Irak. Dia berhasil mendapatkan gelar fida’I (Janibas) dan menjadi
anggota perkumpulan fida’I revolusi (Janibazan). Kemudian Musthafa
Mu’in, Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi dalam Kabinet Rafsanjani
memilihnya menjadi penasihat pribadi. Karier politiknya terus meningkat
ketika Presiden Hashemi Rafsanjani menunjuknya sebagai bupati di Kota
Ardabil, Provinsi Azerbaijan Timur. Dia terus menjabat sebagai bupati
kota tersebut sampai pemilihan anggota dewan pada Pemilu terakhir,
ketika anggota radikal mendominasi perolehan suara. Setelah itu Dewan
Islam wilayah Teheran memilih dirinya sebagai Gubernur Teheran.
Sejak menjabat sebagai Gubernur Teheran pada akhir tahun 90-an,
Ahmadinejad memfokuskan agenda utamanya dengan bertolak pada ajaran dan
pemikiran Imam Khomeini. Ia mewajibkan seluruh wanita Iran untuk
berbusana muslim di tempat-tempat umum, memastikan adanya pemisah antara
perempuan dan laki-laki di sarana transportasi umum, lift atau
kantor-kantor pemerintahan. Tayangan iklan yang menyelipkan pesan-pesan
tak bermoral juga dilarang.
Ahmadinejad mulai membangun basis massanya ketika menjadi Walikota
Teheran dengan merekrut sejumlah tenaga muda di tata laksana
pemerintahannya dan sukses mengatasi kemacetan lalulintas di kota yang
dihuni 8 juta penduduk Iran. Ia juga mengeluarkan kebijakan memberi
pinjaman tanpa bunga kepada pasangan suami-istri yang baru menikah.
Tak ada kamus menyerah dalam benak Mahmoud Ahmadinejad. Setelah DK PBB
resmi menjatuhkan resolusi Nomor 1747, Presiden Iran itu malah
menunjukkan keseriusan untuk mengembangkan program nuklir ke fase lebih
tinggi. Sehari setelah mengumumkan program nuklirnya siap memproduksi
bahan baker nuklir skala industri. Ahmadinejad menyatakan siap memasang
50.000 mesin sentrifugal. Selain itu, Iran juga berterkad memnqangun dua
reaktor baru itu digunakan sebagai pembangkit energi listrik. AS memang
patut untuk merasa gerah. Departemen Luar Negeri Jerman dalam
pernyataan tertulisnya mengatakan. “Sepertinya, Iran benar-benar salah
langkah”.
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
LEGENDARIS DUNIA
Diposkan oleh M. H. Ni'am
Melalui posting blog ini, secara berkala saya akan menampilkan satu
per-satu tokoh-tokoh yang di ulas oleh Achmad Munif dalam bukunya " 50
TOKOH POLITIK LEGENDARIS DUNIA ". Semoga posting blog ini bermanfaat
bagi pembaca semua. Amin...
*****
1. MAHMOUD AHMADINEJAD
(Menantang Dunia dengan Nuklir)
Iskandar The Great pernah berkata, “Sekiranya aku memiliki bala tentara
yang memiliki ego, kesabaran, dan keteguhan seperti yang dimiliki Bangsa
Iran, pasti aku bisa menundukkan dunia”.
Dan dunia sekarang mengenal salah satu dari “bala tentara” itu. Dialah
Mahmoud Ahmadinejad. Ia adalah satu dari sekian banyak presiden yang
punya nyali menantang keangkuhan George Walker Bush. Ia tidak gentar
terhadap tekanan AS agar menghentikan program nuklirnya. Bahkan
ahmadinejad menyatakan dengan berani bahwa program nuklirnya bertujuan
damai dan untuk memenuhi kebutuhan listrik negeri Republik Islam
tersebut.
Ahmadinejad pun juga berani menggertak Israel agar menyingkir dari
wilayah Timur Tengah. Kutipan pernyataannya dalam sebuah pertemuan di
hadapan para mahasiswa pada 26 Oktober 2005 dari pernyataan Ayatullah
Khomeini yang menyerukan agar Israel “dihapus dari peta dunia” memicu
kontroversi. Gertakan penguasa Iran tersebut tentu saja membuat gerah AS
dan negara-negar Eropa Barat pro-Israel. Yang tak kalah heboh adalah
gugatannya mengenai sejarah kelam pembantaian Nazi Jerman terhadap etnik
Yahudi menjelang Perang Dunia II.
Tetapi Ahmadinejad pun juga tak lepas dari caci maki. Oleh sekelompok
orang yang anti-Ahmadinejad ia tak lebih hanyalah seorang provokator,
gatal perang, dan gila pujian. Ada pula yang menilainya seperti
buldoser, akalnya kolot, dan tak mengenal etika pergaulan.
Bukanlah suatu kebetulan jika Ahmadinejad menyandang beberapa hal yang
kontradiksi. Ia adalah seorang dosen yang bergelar doktor. Namun ia juga
seorang konservatif yang fanatik dan terdidik dibawah bimbingan Imam
Khomeini. Ia memadukan nilai-nilai klasik dan kontemporer. Ia
menggabungkan keluwesan yang telah menjadi ciri khas diplomator Iran
sepanjang sejarah. Namun, pada waktu yang sama ia tampak sebagai pribadi
yang sangat tegas dan keras. Khususnya pada urusan yang berhubungan
dengan ideologi, kehormatan atau apa yang disebut dengan “Ego Iran”.
Dalam dirinya tertanam nilai-nilai peradaban yang telah ada sejak 5.000
tahun dan kebesaran bangsa yang jarang ada tandingannya.
Ahmadinejad merupakan Presiden Iran pertama yang berasal dari keluarga
miskin pedesaan dan tidak memiliki hubungan dengan tokoh agama. Ia
berasal dari luar kalangan ulama selama sejak 24 tahun berdirinya
republik ini. Sebagai anak seorang pandai besi, ia mewujud dalam
pandangan rakyat Iran sebagai “putra sejati bangsa” yang jauh dari
seragam seorang aristokrat. Dalam Pemilu Juni 2005, Ahmadinejad
mengantongi 17.248.782 suara -61,69 % dari total pemilih. Sementara,
lawannya Rafsanjani mendapat 10.043.489 suara atau 35,92 %.
Ahmadinejad dilahirkan 28 oktober 1956 dalam keluarga yang taat beragama
di desa pertanian aradan, dekat Garmsar, 100 km dari Teheran. Ia adalah
putra seorang pandai (tukang tempa) besi. Keluarganya pindah ke Teheran
saat dia berusia satu tahun. Ia menimba ilmu pada tingkat dasar di
sekolah agama di Teheran. Kemudian ia melanjutkian ke perguruan tinggi
pada jurusan teknik di Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) di
Teheran. Ia memilih jurusan dalam bidang teknik bangunan dan lulus
dengan nilai yang sangat memuaskan. Hal ini mendorong dirinya untuk
melanjutkan pada jenjang S2 di universitas yang sama, hingga dapat
menyelesaikannya dan meraih gelar doktor dalam bidang teknik bangunan.
Ia kemudian menjadi salah satu dosen di universitas tersebut.
Aktivitas politiknya dimulai dengan bergabung dalam aksi revolusi ketika
masih belajar di perguruan tinggi. Ia pernah bergabung dalam Perasatuan
Insinyur Muslim (Islamic Society of Engineers) juga ,menjadi salah satu
anggota ketua perwakilan Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST)
untuk perkumpulan mahasiswa. Ahmadinejad pernah bergabung dalam garda
Revolusi Islam Iran dan ikut dalam barisan mereka pada saat perang
Iran-Irak. Dia berhasil mendapatkan gelar fida’I (Janibas) dan menjadi
anggota perkumpulan fida’I revolusi (Janibazan). Kemudian Musthafa
Mu’in, Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi dalam Kabinet Rafsanjani
memilihnya menjadi penasihat pribadi. Karier politiknya terus meningkat
ketika Presiden Hashemi Rafsanjani menunjuknya sebagai bupati di Kota
Ardabil, Provinsi Azerbaijan Timur. Dia terus menjabat sebagai bupati
kota tersebut sampai pemilihan anggota dewan pada Pemilu terakhir,
ketika anggota radikal mendominasi perolehan suara. Setelah itu Dewan
Islam wilayah Teheran memilih dirinya sebagai Gubernur Teheran.
Sejak menjabat sebagai Gubernur Teheran pada akhir tahun 90-an,
Ahmadinejad memfokuskan agenda utamanya dengan bertolak pada ajaran dan
pemikiran Imam Khomeini. Ia mewajibkan seluruh wanita Iran untuk
berbusana muslim di tempat-tempat umum, memastikan adanya pemisah antara
perempuan dan laki-laki di sarana transportasi umum, lift atau
kantor-kantor pemerintahan. Tayangan iklan yang menyelipkan pesan-pesan
tak bermoral juga dilarang.
Ahmadinejad mulai membangun basis massanya ketika menjadi Walikota
Teheran dengan merekrut sejumlah tenaga muda di tata laksana
pemerintahannya dan sukses mengatasi kemacetan lalulintas di kota yang
dihuni 8 juta penduduk Iran. Ia juga mengeluarkan kebijakan memberi
pinjaman tanpa bunga kepada pasangan suami-istri yang baru menikah.
Tak ada kamus menyerah dalam benak Mahmoud Ahmadinejad. Setelah DK PBB
resmi menjatuhkan resolusi Nomor 1747, Presiden Iran itu malah
menunjukkan keseriusan untuk mengembangkan program nuklir ke fase lebih
tinggi. Sehari setelah mengumumkan program nuklirnya siap memproduksi
bahan baker nuklir skala industri. Ahmadinejad menyatakan siap memasang
50.000 mesin sentrifugal. Selain itu, Iran juga berterkad memnqangun dua
reaktor baru itu digunakan sebagai pembangkit energi listrik. AS memang
patut untuk merasa gerah. Departemen Luar Negeri Jerman dalam
pernyataan tertulisnya mengatakan. “Sepertinya, Iran benar-benar salah
langkah”.
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar